Sitok Srengenge (nama lahir Sitok Sudarto), seorang budayawan Indonesia yang mendalami seni teater serta telah menghasilkan banyak karya tulis itu kini sedang kena musibah.
Anak kelahiran Desa Dorolegi, Godong,... Grobogan, Jawa Tengah, 22 Agustus 1965 tersebut telah dilaporkan seorang mahasiswi Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya-UI, RW (22) pada bulan November 2013 ke Kepolisian Daerah Metropolitan Jakarta Raya. Ia hamil. Sitok dianggap tidak mau bertanggung jawab. Itu data sementara.Namun, keluarga Sitok sendiri menyangkal tuduhan perkosaan, melainkan mereka melakukannya atas dasar suka sama suka.
Siapa yang benar, nampaknya harus menunggu waktu. Memang sulit kalau kita bicara hubungan antara seorang laki-laki dan perempuan. Makanya saya lebih suka mengutip suara anak perempuan Sitok di web pribadinya.Bacalah pernyataannya:
“Surat Terbuka
By laire siwi mentari
Menanggapi kabar buruk yang sedang terjadi saat ini, saya berusaha untuk berbesar hati. Ini berat sekali. Rasanya hancur melihat reaksi beberapa teman saya sendiri nyinyir menanggapi masalah ini. Padahal tidak semua berita yang mereka baca di media itu benar. Banyak yang diplintir dan dibesar-besarkan.
Tuduhan bahwa ayah saya, Sitok Srengenge, memperkosa dan menghindar dari tanggung jawab itu tidak benar. Bahwa ayah saya berhubungan dengan RW memang benar, tapi sama sekali tak ada unsur paksaan. Berkali-kali ayah saya berniat untuk bertemu keluarga RW dan mempertanggunjawabkan perbuatannya. Tapi usahanya itu tidak ditanggapi oleh pendamping RW. Seolah-olah akses justru ditutup.
Selama beberapa bulan ini justru ayah saya menunggu kabar dari mediator tersebut. Sampai akhirnya kemarin berita beredar. Ayah saya dilaporkan ke polisi dengan tuduhan pemerkosaan dan tidak ada tanggung jawab.
Saya sangat kecewa kepada ayah saya. Tapi saya tidak akan membiarkan ayah saya menjadi seorang yang jahat. Saya akan dukung dia untuk terus berusaha bertanggung jawab kepada RW dan keluarganya. Dan sebisa mungkin saya akan selalu mendampingi ayah saya. Biar bagaimana pun, saya tetap bagian dari hidup ayah saya dan tak ada siapa pun yang ia miliki kecuali saya dan ibu saya.
Sekali lagi, ini tidak mudah untuk saya dan keluarga. Semua orang berhak kecewa bahkan marah kepada ayah saya. Bahkan saya, sebagai anak, berhak seribu kali lipat lebih marah dari siapa pun. Tapi kemarahan saya tidak akan mengubah kondisi menjadi lebih baik. Setelah marah, lalu apa?
Perlu disadari bahwa ada anak berumur 22 tahun sedang depresi menghadapi hidup. Ada janin yang sebentar lagi lahir. Dan ini juga pada akhirnya harus menjadi tanggung jawab saya untuk menguatkan RW dan calon adik saya.
Saya mohon doa dari seluruh teman yang sebesar-besarnya supaya saya dan ibu saya kuat menghadapi ini. RW dan janinnya juga senantiasa diberi kesehatan. Semoga semua ini cepat selesai dan tak ada kepentingan-kepentingan pihak tertentu yang memainkan masalah ini hingga bertambah rumit. Dan, jika berkenan, mohon untuk tidak menggunakan kata-kata kasar untuk menanggapi masalah ini. Tidak untuk membela siapa pun, tapi setidaknya untuk menjaga perasaan kedua keluarga.
Terima kasih sebesar-besarnya kepada para sahabat dan keluarga. Baik buruknya perlakuan kalian kepada kami, justru semakin menguatkan cinta keluarga kami.
Salam hangat
Laire Siwi Mentari”
FOTO: Rimanews.comLihat Selengkapnya