Akhirnya saya sampai ke sebuah tulisan inti tentang Hamka. Saya berhasil menggali data. Bermacam cara orang menulis, itu adalah cara -cara yang dilakukan agar tulisan ini bermanfaat untuk masyarakat, khususnya untuk Bangsa Indonesia yang kita cintai.

           Saya bertanya tidak tahu penulisnya. Itu kalimat yang ingin menggali lebih dalam siapa sebetulnya penulis buku Hamka sebagai Plagiator? Bukan tidak kenal, hanya inggin lebih tahu mengapa masalah lama harus diungkap kembali. Apa manfaatnya untuk masyarakat. Selain itu, Hamka telah almarhum. Kalau kita ingin menyelesaikan masalahnya, ketika sumber primer tidak ada maka hasilnya akan bias. Tidak mungkin terselesaikan dengan baik, apalagi ada dua pendapat mengenai hal ini. Jadi tidak semudah membalikkan telapak tangan.

          Untuk ini saya ingin mengutip Pidato Bung Karno pada Penyerahan Hadiah Pemenang Sayembara Rencana Tugu Nasional, 27 Juni 1960:

"Buatlah Rakyat itu Rakyat yang berjiwa.
Buatlah Rakyat itu yang menuju kepada suatu kebudayaan yang tinggi.
Buatlah Rakyat itu satu Rakyat yang mempelajari dan melatih dirinya dalam yang tinggi.
Buatlah Rakyat itu Rakyat yang bangga atas dirinya sendiri.
Buatlah Rakyat itu satu Rakyat yang bangga atas perjuangannya.
Buatlah Rakyat itu yang menghormati pahlawan-pahlawannya yang telah gugur.
Bangsa yang besar adalah bangsa yang bisa menghormati pahlawan-pahlawan yang gugur"

Jadi kalimat terakhir adalah menghormati pahlawan-pahlawannya.

         Lebih penting dari itu,  kalau kita membaca buku karangan Muhidin M.Dahlan, dari halaman 214 dan seterusnya, bukan hanya Hamka yang dikutip melakukan plagiat.Sudah tentu dikutip dari Harian Bintang Timur. Di antaranya Chairil Anwar, Taufik Ismail, Seno Gumiro Ajidarma. Loh apa betul mereka plagiat? Apakah kita sudah membuktikannya? Sebetulnya yang diharapkan apakah kita bisa menyelesaikan masalah ini, kalau memang kita ingin menyelesaikannya.Kalau demikian bagaimana penyair-penyair ini di mata generasi muda? Bukankah tujuan mereka untuk memperkaya khasanah Indonesia.Saya teringat dalam agama saya, Islam, "Seandainya saja Allah SWT tidak maha penyayang, maka semua kita memiliki aib. Hanya Allah lah yang menutupinya.". Kalimatnya belum tentu sama.Mereka sebangsa dan sesama saudara kita.Ya, jika hal-hal itu tidak dapat kita selesaikan, minimal kita tidak mengungkit-ungkitnya lagi. Tetapi entahlah dengan beredarnya buku "Aku Mendakwa Hamka Plagiat," ini semua bisa dituntaskan. Tetapi kembali ke kalimat saya semula, kita agak susah memperoleh sumber primer. Sebahagian besar mereka sudah meninggal dunia. Dan keakuratan datanya bisa disangsikan.

         Mungkin banyak yang saya peroleh dari tulisan saya pertama. Di antaranya berpendapatlah. Berdiskusilah. Tetapi sebagai bangsa yang menjunjung tinggi budayanya, sampaikan dengan sopan santun, harga menghargai dan saling hormat menghormati.Jangan masuki wilayah pribadi, karena tidak fokus dengan masalah. Terimakasih teman, saya juga belajar dari teman-teman.