18 Desember 2013

SUARA ANAK SANG PENYAIR


Sitok Srengenge (nama lahir Sitok Sudarto), seorang budayawan Indonesia yang mendalami seni teater serta telah menghasilkan banyak karya tulis itu kini sedang kena musibah.

Anak kelahiran Desa Dorolegi, Godong,... Grobogan, Jawa Tengah, 22 Agustus 1965 tersebut telah dilaporkan seorang mahasiswi Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya-UI, RW (22) pada bulan November 2013 ke Kepolisian Daerah Metropolitan Jakarta Raya. Ia hamil. Sitok dianggap tidak mau bertanggung jawab. Itu data sementara.Namun, keluarga Sitok sendiri menyangkal tuduhan perkosaan, melainkan mereka melakukannya atas dasar suka sama suka.

Siapa yang benar, nampaknya harus menunggu waktu. Memang sulit kalau kita bicara hubungan antara seorang laki-laki dan perempuan. Makanya saya lebih suka mengutip suara anak perempuan Sitok di web pribadinya.Bacalah pernyataannya:

“Surat Terbuka

By laire siwi mentari

Menanggapi kabar buruk yang sedang terjadi saat ini, saya berusaha untuk berbesar hati. Ini berat sekali. Rasanya hancur melihat reaksi beberapa teman saya sendiri nyinyir menanggapi masalah ini. Padahal tidak semua berita yang mereka baca di media itu benar. Banyak yang diplintir dan dibesar-besarkan.

Tuduhan bahwa ayah saya, Sitok Srengenge, memperkosa dan menghindar dari tanggung jawab itu tidak benar. Bahwa ayah saya berhubungan dengan RW memang benar, tapi sama sekali tak ada unsur paksaan. Berkali-kali ayah saya berniat untuk bertemu keluarga RW dan mempertanggunjawabkan perbuatannya. Tapi usahanya itu tidak ditanggapi oleh pendamping RW. Seolah-olah akses justru ditutup.

Selama beberapa bulan ini justru ayah saya menunggu kabar dari mediator tersebut. Sampai akhirnya kemarin berita beredar. Ayah saya dilaporkan ke polisi dengan tuduhan pemerkosaan dan tidak ada tanggung jawab.

Saya sangat kecewa kepada ayah saya. Tapi saya tidak akan membiarkan ayah saya menjadi seorang yang jahat. Saya akan dukung dia untuk terus berusaha bertanggung jawab kepada RW dan keluarganya. Dan sebisa mungkin saya akan selalu mendampingi ayah saya. Biar bagaimana pun, saya tetap bagian dari hidup ayah saya dan tak ada siapa pun yang ia miliki kecuali saya dan ibu saya.

Sekali lagi, ini tidak mudah untuk saya dan keluarga. Semua orang berhak kecewa bahkan marah kepada ayah saya. Bahkan saya, sebagai anak, berhak seribu kali lipat lebih marah dari siapa pun. Tapi kemarahan saya tidak akan mengubah kondisi menjadi lebih baik. Setelah marah, lalu apa?

Perlu disadari bahwa ada anak berumur 22 tahun sedang depresi menghadapi hidup. Ada janin yang sebentar lagi lahir. Dan ini juga pada akhirnya harus menjadi tanggung jawab saya untuk menguatkan RW dan calon adik saya.

Saya mohon doa dari seluruh teman yang sebesar-besarnya supaya saya dan ibu saya kuat menghadapi ini. RW dan janinnya juga senantiasa diberi kesehatan. Semoga semua ini cepat selesai dan tak ada kepentingan-kepentingan pihak tertentu yang memainkan masalah ini hingga bertambah rumit. Dan, jika berkenan, mohon untuk tidak menggunakan kata-kata kasar untuk menanggapi masalah ini. Tidak untuk membela siapa pun, tapi setidaknya untuk menjaga perasaan kedua keluarga.

Terima kasih sebesar-besarnya kepada para sahabat dan keluarga. Baik buruknya perlakuan kalian kepada kami, justru semakin menguatkan cinta keluarga kami.
Salam hangat

Laire Siwi Mentari”

FOTO: Rimanews.com
Lihat Selengkapnya

14 Desember 2013

CINTA TULUS SEORANG INGGIT !!!


Foto ini menggambarkan pertemuan ketika Bung Karno telah menjadi Presiden RI dengan mantan isterinya Inggit. Mengharukan, sekaligus membanggakan. Hingga akhir hayatnya, Inggit tetap memuja mantan suaminya itu. Cinta sejati dan penuh keikhlasan. Suatu ketika ia ditanya tentang hal-hal bersifat pribadi tentang seorang Soekarno, Inggit selalu melindungi. "Ah...itu pamali untuk dibicarakan," ujarnya. Soekarno menggambarkan sosok Inggit dalam buku Penyambung Lidah Rakyat Indonesia oleh Cindy Adams:" Inggit dan aku kawin di tahun 1923. Keluargaku tak pernah menyuarakan satu perkataan mencela ketika aku berpindah dari istriku yang masih gadis kepada istri lain yang selusin tahun lebih tua dari padaku...Inggit yang bermata besar dan memakai gelang di tangan itu tidak mempunyai masa lampau yang gemilang. Dia sama sekali tidak terpelajar, akan tetapi intelektualisme bagiku tidaklah penting dalam diri seorang perempuan. Yang kuhargai adalah kemanusiaannya. Perempuan itu sangat mencintaiku. Dia tidak memberikan pendapat-pendapat. Dia hanya memandang dan menungguku, dia mendorong dan memuja. Dia memberikan kepadaku segala sesuatu yang tidak bisa diberikan oleh ibuku. Dia memberiku kecintaan, kehangatan, tidak mementingkan diri sendiri."

09 Desember 2013

FOTO-FOTO KIRIMAN




FOTO-FOTO KIRIMAN ZUSNELI ZUBIR DAN FARIDA R.WARGADALEM DI ACARA SEMINAR NASIONAL "MAKNA KEMERDEKAAN: DULU, KINI DAN YANG AKAN DATANG" YANG DISELENGGARAKAN MUSEUM PERUMUSAN NASKAH PROKLAMASI DI MUSEUM NASIONAL, JAKARTA, 3 DESEMBER 2013. SESI KE-2, PEMBICARA: SLAMET RAHARDJO DJAROT DAN ARSWENDO ATMOWILOTO. MODERATOR: DASMAN DJAMALUDDIN,SH,M.HUM

08 Desember 2013

PATUNG PELUKIS ITU RESMI BERDIRI. AKHIR HIDUPNYA TRAGIS, MERENGGANG NYAWA DI TANGAN PENCURI


Jika kita mengunjungi Museum Pelukis Terkenal Basoeki Abdullah, di dekat Rumah Sakit Umum Fatmawati, Jl.Keuangan Raya No.19, Cilandak Barat, Jakarta Selatan, ada yang sedikit berubah.

Di depan Museum itu yang adalah juga rumah pribadi Basoeki yang dihibahkan kepada pemerintah, berdiri sebuah patung dirinya.Hari ini Sabtu, 7 Desember 2013, Dirjen Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI Kacung Marijan meresmikan pendirian patung tersebut.

Basoeki Abdullah, adalah maestro pelukis Indonesia.Lahir di Solo, Jawa Tengah pada tanggal 27 Januari 1915.Meninggal pada 5 November 1993.

Meninggalnya tidak wajar. Ia dibunuh pencuri. Menurut informasi, tersangka pelaku adalah pembunuh tunggal dan ternyata pemuda yang tak punya pekerjaan tetap, yaitu Amd alias Nd (20) yang sudah enam kali melakukan pencurian di wilayah Jaksel.

Penangkapan yang berselang empat hari setelah Basoeki Abdullah meninggal itu dilaporkan kepada Kapolda Metro Jaya waktu itu (Mayjen (Pol) Hindarto) pagi harinya.Juga diteruskan kepada Presiden Soeharto pada pagi hari itu juga.

Tersangka pelaku pembunuhan dalam aksinya berkomplot dengan Why alias Waud (37), tukang kebun yang sudah bekerja sekitar 2 tahun di rumah korban merupakan otak pelaku kejahatan.

Sedangkan lainnya adalah Abd bin Skt (29) penadah barang-barang hasil kejahatan.

Ketiganya waktu itu ditahan di Polres Jaksel. Memang tidak secara khusus Kapolda Hindarto melaporkan perkembangan kasus pembunuhan itu kepada Presiden. Laporan itu terjadi ketika Presiden Soeharto memanggil Kapolda, yang sedang berada dalam antrian untuk memberikan ucapan selamat kepada para ahli waris penerima gelar pahlawan di Istana Merdeka.

Presiden ketika itu didampingi Ny Tien Soeharto. Saat Presiden dan Ny Tien Soeharto mendengar laporan Hindarto, Wapres dan Ny Try Sutrisno bergabung untuk mendengarkan laporan itu. Usai laporan, Presiden Soeharto kemudian tampak mengatakan sesuatu sebelum menyalami Hindarto. Kapolda juga kemudian disalami Ny Tien, Wapres dan Ny Try Sutrisno sebelum kembali masuk ke antrian.

Amd ditangkap langsung oleh Kapolres Metro Jakarta Selatan, Letkol (Pol) Drs Adang Rismanto dalam suatu penyergapan di daerah Cicurug, Sukabumi, Jawa Barat.

Kasus pembunuhan Basoeki Abdullah yang terungkap hanya dalam waktu empat hari, merupakan prestasi besar bagi jajaran Polda Metro Jaya.(Foto:Dasman Djamaluddin)

06 Desember 2013

MENJEMBATANI PEMIKIRAN ARSWENDO DAN SLAMET RAHARDJO (2)


SLAMET RAHARDJO: “KITA HARUS MERDEKA DARI KETIDAKTAHUAN DIRI SENDIRI”

Slamet Rahardjo Djarot, siapa yang tak kenal beliau. Dikenal sebagai Aktor Senior Indonesia. Kakak kandung penata musik dan politikus Indonesia, Eros Djarot. Slamet Rahardjo yang sering pula dipanggil dengan nama kecilnya memet ini, lahir di Serang, Banten, 21 Januari 1949.

Banyak film yang sudah dibintangi dan disutradarainya, antara lain “Badai Pasti Berlalu,”Tjut Nya Din,”Marsinah,”Laskar Pelangi,”Ketika Cinta Bertasbih,”Alangkah Lucunya Negeri ini.” Saya menekankan kata:”Alangkah Lucunya Negeri Ini,” karena memang bangsa kita sekarang sedang dilanda kegundahan. Korupsi di mana-mana. Ketidakjujuran sedang bersahut-sahutan untuk menampilkan tokoh-tokoh yang nota bene hanya tampil memakai topeng. Tidak asli wujudnya dan bahkan tidak mengenal siapa dirinya.

Inilah yang ditekankan Slamet Rahardjo di hadapan peserta Seminar Nasional:”Makna Kemerdekaan: Dulu, Kini, dan yang Akan datang,” yang diselenggarakan Museum Perumusan Naskah Proklamasi di Museum Nasional, Jakarta, Selasa, 3 Desember 2013.”Kita harus merdeka dari kebodohan dan merdeka dari ketidaktahuan diri kita sendiri,” ujar Slamet Rahardjo.

Sebagai seorang moderator, memang saya tidak terlalu sulit mengkaitkan pemikiran pembicara kedua di sesi kedua, Slamet Rahardjo Djarot dengan Arswendo Atmowiloto yang sudah menjadi pembicara pertama. Sama-sama menginginkan perbaikan bangsa ini ke depan. Mengisi kemerdekaan dengan hasil-hasil karya nyata.

“Saya anak tentara,” ujar Slamet Rahardjo memulai pembicaraannya. “Di lingkungan militer,” tegasnya. “Saya sejak awal sudah mengenal keterbatasan diri saya. Untuk itulah saya mengenal siapa saya. Dengan mengenal diri kita sendiri, bisa memacu seseorang untuk berbuat lebih baik, lebih baik dan lebih baik lagi."

"Kita muncul dengan kekuatan diri kita sendiri (dari dalam) dan bukan berdasarkan pengaruh luar,” tegas Slamet Rahardjo.

Di dalam makalahnya berjudul: “Film Kemerdekaan Versus Kemerdekaan Berkarya,” Slamet Rahardjo sangat perihatin dengan dunia perfilman sekarang ini. “Tanpa roh,” tegasnya dengan menyebut berbagai contoh film di mana jalan cerita film itu tidak sesuai dengan budaya bangsa.

”Pembuat film menyerah dan tidak bisa berbuat apa-apa karena posisinya sebagai pribadi yang dibayar sehingga tidak memiliki posisi tawar yang kuat. Kemerdekaan berkarya hancur lebur. Kekuatan kapitalis telah menghancurkan cita penciptaan. Kreativitas dikebiri sejak awal persiapan penciptaan sebuah karya film,” demikian Slamet Rahardjo mengutarakannya dengan tenang, tetapi penuh semangat.

“Oleh karena itu,” demikian Slamet Rahardjo, “Dukungan pemerintah sangat diperlukan mengingat banyaknya kenyataan kualitas film menjadi rusak karena menampilkan produk-produk sponsor yang dipaksakan, sehingga merusak nilai artistik, teknik dan yang terpenting menyalahi fakta sejarah.”

Sejauh ini, kembali Slamet Rahardjo menegaskan, pembahasan tentang perfilman nasional, UU Perfilman yang berlaku, kurang menampilkan tugas dan tanggung-jawab pemerintah, padahal jelas-jelas termaktub di dalamnya bahwa film adalah produk budaya.

“Jika negara Adikuasa menggunakan film sebagai media penakluk dunia, maka jika hari ini kita bicara soal Film Kemerdekaan yang bernafaskan perjuangan, maka sejak sekarang kita harus mulai lagi memaknai arti Merdeka, Kemerdekaan dan Memerdekakan," tambah Slamet Rahardjo.

“Pemerintah masih terbelenggu oleh rasa ewuh-pakewuh. Secara perundang-undangan, jelas perfilman di bawah Kementerian yang bertanggung-jawab pada masalah kebudayaan. Tetapi kegiatan perfilman saat ini berada di dua Kementerian, yaitu Kemendikbud dan Kemenparekraf. Pembagian kapling tugas dan tanggung jawab antar mereka dilakukan berdasarkan MoU dan kekuatannya tidak mungkin mentorpedir UU,” kembali Slamet Rahardjo menggarisbawahi.

“Kenyataan ini jelas merupakan gambaran bahwa kita belum Merdeka dari ketidaktahuan kita tentang film sebagai produk budaya,” ujar Slamet Rahardjo.”

“Lalu kemerdekaan apa yang kita miliki ketika politik kebudayaan kita lebih merapat pada semangat konsumtif dan bukan kreatif? Kebijakan impor di berbagai produk kebutuhan hidup merupakan bukti ketergantungan pada bangsa lain. Lalu bagaimana pula kita bisa melangkah pada upaya memerdekakan ketika kita masih erat terbelenggu dan kebijakan negara masih dikendalikan negara tertentu?.” (FOTO:Zusneli Zubir)

04 Desember 2013

MENJEMBATANI PEMIKIRAN ARSWENDO DAN SLAMET RAHARDJO (I)


SANG NOVELIS ARSWENDO ITU ADALAH JUGA SEJARAWAN 

Kehadiran dua orang budayawan, Arswendo Atmowiloto dan Slamet Rahardjo Djarot di berbagai pertemuan atau seminar-seminar sudah tentu menarik perhatian peserta. Demikian pula ketika berlangsung acara Seminar Nasional “Makna Kemerdekaan: Dulu, Kini, dan yang Akan Datang,” yang diselenggarakan Museum Perumusan Naskah Proklamasi di Museum Nasional Jakarta, Selasa, 3 Desember 2013.

Sebagai seorang moderator di sesi-kedua, sudah tentu saya sangat menghargai kehadiran dua budayawan tersebut. Minimal bisa mencerahkan pemikiran-pemikiran mengenai makna kemerdekaan itu sendiri terutama mengenai hasil-hasil karya mereka yang kalau boleh saya katakan melampaui batas-batas kemampuan rata-rata putera bangsa.

“Inilah sebetulnya makna kemerdekaan buat anak bangsa, karena mereka tidak berteori tapi berkarya,” ujar saya mengawali pembicaraan sebagai moderator. Juga sebagaimana diharapkan para pembicara di-sesi pertama, bahwa hendaknya untuk memaknai sebuah kemerdekaan kita harus jujur, dan konsekuen, maka dengan profesi kedua nara sumber ini membuktikan hal itu.

Sebagai pembicara pertama, Arswendo Atmowiloto megulas makalahnya dengan judul:”Nasionalisme Nasi Goreng.” Sekilas terasa aneh didengar, tetapi setelah diulas barulah kita bisa memahami bahwa Nasi Goreng itu menunjukan ciri khas masakan asli Indonesia. Arswendo ingin menggarisbawahi bahwa jati diri kita sebagai bangsa sudah pudar.

“Sayangnya nasi goreng tidak dikenali dalam bahasa komputer, sehingga setiap kali menuliskan goreng, otomatis berganti dengan goring. Seakan kata nasi goreng adalah salah dan perlu dikoreksi. Tetapi meskipun demikian, lanjut Arswendo, nasib nasi goreng tidak seburuk durian, terasi, kretek atau jamu kuat.

“Di negerinya sendiri durian tak leluasa disajikan di hotel, atau bahkan dalam kamar, atau sebagai tentengan ketika naik pesawat terbang. Terasi dianggap kotor, diganti bumbu masak plastikan.Kretek, juga rokok dianggap jelek, jorok dan berbahaya, sementara jamu kuat dianggap illegal,” ujar Arswendo.

Memakai bahasa sehari-hari yang mudah dicerna dan dipahami, Arswendo ingin mengungkapkan, kenapa bangsa ini tidak mencintai produksi dalam negeri? Inilah tragedi nasionalisme, tegas Arswendo.

“Bagaimana bisa hanya untuk menentukan kecantikan seorang gadis, harus diukur dan dibandingkan antara lingkar dada, pinggang dan pantat,” kembali Arswendo mengingatkan, seharusnya untuk menentukan seorang gadis cantik bukan dari ukuran itu.

Jadi Arswendo ingin menegaskan, ketergantungan kita kepada budaya asing dalam menilai sesuatu, sementara budaya asli bangsa ditinggalkan. Sebetulnya dari pemikiran Arswendo, dengan mencontohkan Nasionalisme Nasi Goreng, sudah tepat bahwa bangsa ini mencintai budayanya sendiri.

“Wujud budaya tidak lahir untuk meniadakan wujud yang lain, juga tidak memusuhi. Nasi goreng lahir tidak untuk meniadakan atau memusuhi nasi liwet, nasi uduk, atau rendang atau gudeg, atau apa pun. Kita boleh menikmati nasi goreng tanpa merasa bersalah, atau disalahkan,” jelas Arswendo menyimpulkan.

Kehadiran Arswendo memacu generasi muda, atau guru-guru sejarah, mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi,yang hadir di acara seminar itu agar lebih berkreatifitas untuk memaknai kemerdekaan. Arswendo tidak berteori, tetapi dia adalah novelis produktif. Arswendo itu nama aslinya Sarwendo, tetapi karena tidak populer diubahnya dengan Arswendo dan di belakang namanya ditambah nama ayah, Atmowiloto, sehingga terwujudlah namanya sebagaimana sekarang Arswendo Atmowiloto. Lahir di Surakarta, 26 November 1948.

Berbicara mengenai karya, mungkin sudah tidak bisa dihitung, baik berupa tulisan bersambung dan novel. Menurut saya kalau kita tinjau dari novel-novel yang ditulisnya, Arswendo boleh dianggap sebagai sejarawan. Novelnya yang lahir berisi jiwa-jiwa kepahlawan atau sejarah di antaranya, “Serangan Fajar,” “Air Langga,” Senopati Pamungkas,”dan “Penghianatan G.30.S/PKI.”

"Sebagaimana ungkap Dr.Kuntowijoyo, Sejarawan UGM, sebuah biografi adalah sejarah, maka saya juga boleh mengatakan bahwa Arswendo layak juga diakui sebagai sejarawan. Apalagi beliau selalu menulis, karena bagaimana pun kunci dari sejarawan itu menulis. Jika tidak menulis lagi, maka kesejarawanannya diragukan,” ujar saya sebagai moderator di awal pembukaan seminar.

26 November 2013

ULANG TAHUN KE-10 MITRA STRATEGIS ASEAN-CHINA

Menghadiri Resepsi Ulang Tahun ke-10 Mitra Strategis ASEAN-China, Senin, 25 November 2013,JW Marriott Hotel, Mega Kuningan,Jakarta.

21 November 2013

KENAPA HARUS SALING MENYALAHKAN ?

Ketua Umum Partai Golkar Aburizal Bakrie atau yang biasa disapa Ical atau ARB akan melunasi sisa pembelian tanah warga Sidoarjo korban lumpur Lapindo yang masih tersisa sebanyak Rp 300 miliar. Pelunasan akan dilakukan sebelum Pemilihan Presiden 2014 digelar.”Itu bukan ganti rugi tetapi jual beli,” kata Wakil Sekretaris Jenderal Partai Golkar Tantowi Yahya. Tantowi menyebut itu bukan ganti rugi melainkan pembelian tanah oleh Ical dari korban Lapindo. Dan, lanjut dia, tanah itu sudah dihargai 20 kali lipat dari harga aslinya.Bahkan dikatakan Tantowi, bahwa ketua umumnya itu tidak lari dari masalah. Justru yang lari dari masalah adalah para pemilik PT Lapindo Inc yang lain. Lantaran, menurut Tantowi hanya, Ical yang mengganti kerugian warga Sidoarjo. Pernyataan ini keluar, pada 20 November 2013 menjelang Rapimnas Partai Golkar, 22-23 November 2013. Kenapa harus saling menyalahkan dan satu lebih merasa berjasa dari yang lain? Pertanyaan selanjutnya bukankah warga Sidoarjo harus memperoleh haknya dan tidak ada kaitannya jika Ical Calon Presiden RI atau bukan? Mengapa harus sebelum Pilres? Seandainya sebelum Pilpres janjinya tidak terbukti? Paling penting memang tanahnya dihargai 20 kali lipat? Mungkin 2 kali lipat.

14 November 2013

KETIKA KARYA BESAR SASTRAWAN MINANG ITU DIFILMKAN

Siapa pun pasti bangga mendengar Novel "Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck" salah satu novel karya Sastrawan Minangkabau Alm. Prof Dr Haji Abdullah Karim atau yang lebih populer dengan singkatan Hamka itu difilmkan.

Pada bulan Desember 2013, seluruh masyarakat Indonesia, kalau sesuai rencana, akan menyaksikannya di berbagai bioskop tanah air. Film ini diproduksi oleh Soraya Intercine Films. Sudah tentu seluruh peristiwa berdasarkan novel lagendaris Buya Hamka di tahun 1939, di mana sudah dicetak sebanyak 80 ribu eksemplar, bahkan lebih.

Yang jelas pemain film adalah putera bangsa Indonesia. Tetapi memang perlu memperoleh beberapa catatan. Pertama, apakah roh atau pesan-pesan yang disampaikan di dalam Novel seorang alim ulama Buya Hamka bisa terwakili? Kedua, peran yang dimainkan sesuaikah dengan budaya asli bangsa Indonesia dalam hal ini Minangkabau?

Bagaimana pun sebuah pesan yang disampaikan merupakan kunci utama dari sebuah Novel Buya Hamka. Keberhasilan penulisnya. Sama halnya dengan Novel Pramudya Ananta Toer yang kalah dalam pemilihan Nobel Sastra. Salah satu faktor kekalahannya, roh atau jiwa yang disampaikan dalam bahasa Indonesia tidak terwakili dalam terjemahan bahasa Inggrisnya. Menurut saya, roh dan jiwa itu jika di adaptasi ke film akan memiliki nilai yang sama.

Buya Hamka itu asli berasal dari Minangkabau. Ini yang perlu digarisbawahi. Berasal dari keluarga Muslim yang taat. Lahir di Sungai Batang, Tanjung Raya, Kabupaten Agam, Sumatera Barat, 17 Februari 1908 dan meninggal di Jakarta, 24 Juli 1981 di usia 73 tahun. Beliau adalah sastrawan Indonesia, sekaligus ulama, ahli filsafat dan aktivis politik. Jangan hendaknya dengan munculnya film tersebut, membuat protes di kalangan berbagai pihak. Kita menginginkan dengan munculnya film ini menambah bobot dari ulama, sastrawan Indonesia itu. Jangan sebaliknya.

Cukup sudah beberapa fitnah yang dialamatkan kepadanya. Lebih menyakitkan novelnya “Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck” ini pernah dituduh hasil plagiat dari novel "Magdalena" yang merupakan saduran penyair Mustafa Luthfi Al-Manfaluthi (1876-1942) dari roman yang ditulis pengarang Perancis Alphonse Karr, "Sous les Tilleuls". Tetapi sejauh ini tidak ada bukti-bukti bahwa Hamka adalah seorang Plagiator.

02 November 2013

HASIL PRA KONGRES MENGUNDANG TANYA


Hasil Pra Kongres IPPAT Mengundang Tanya di Majalah RENVOI terbaru."Oleh karena jika ada yang mengatakan sukses dan lancar, menurut saya sah sah saja menurut pandangan mereka, tetapi ya formalnya sebuah perhelatan resmi harus dilakukan penutupan secara resmi pula.Hasilnya harus diterima oleh seluruh anggota bukan sebagian anggota.Bukankah sebuah organisasi didirikan untuk kepentingan dan manfaat seluruh anggota bukan sebagian anggota?"

17 Oktober 2013

PETA MAJAPAHIT RAYA

Ini adalah peta Majapahit Raya yang berasal dari sumber sarjana Perancis, selon Bayer tahun 1926.Berbicara Majapahit sebelumnya memang terbatas Jawa Tengah dan Jawa Timur.Jadi tidak salah jika sejarah Majapahit dikaitkan dengan sejarah awal Majapahit yang hanya Jawa Tengah dan Jawa Timur.Tetapi selanjutnya meluas. Ke berbagai negara,Laos, Thailand, Vietnam.Kamboja,Malaysia, Brunei, Filipina dan Timor Leste sekarang.Pada waktu ini melihat Majapahit harus dibagi tiga.Pertama, Negara Agung merupakan daerah sekeliling ibukota kerajaan tempat raja memerintah. Ini yang sering diidentikkan wilayah Majapahit hanya sebatas Jawa Tengah dan Jawa Timur.Tetapi ada pula Negara Manca Negara yang merupakan daerah-daerah di Pulau Jawa dan sekitar di mana budayanya masih mirip dengan Negara Agung. Dalam hal ini Madura,Bali,Lampung, Palembang dianggap daerah Mancanegara. Ketiga, apa yang disebut Nusantara, yaitu daerah di luar pengaruh Jawa tetapi masih taklukan, para penguasanya harus membayar upeti. Kitab Negarakertagama menjelaskan tentang pengaruh Majapahit di Malaysia dan lain-lain sebagaimana di peta. Secara morfologi, Nusantara ini adalah kata majemuk yang diambil dari bahasa Jawa Kuna, nusa (pulau) dan antara (lain/seberang).

10 Oktober 2013

GAGALNYA NOVEL PRAM MERAIH NOBEL KESUSASTRAAN


Minggu pagi, 30 April 2006, Pramoedya Ananta Toer, salah seorang pujangga besar Indonesia, menghela nafas terakhirnya pada pukul 08.55 WIB, di usia 81 tahun dan jenazah disemayamkan di kediamannya Jalan Multikarya II No.26, Utan Kayu Jakarta Timur.

Pram sebutan khasnya sehari-hari, lahir di Kabupaten Blora, Jawa Tengah, 6 Februari 1925. Secara luas dianggap sebagai salah satu pengarang yang produktif dalam sejarah sastra Indonesia . Pram telah menghasilkan lebih dari 50 karya dan diterjemahkan ke dalam lebih dari 41 bahasa asing.

Nama aslinya sebagaimana diungkapkan dalam koleksi cerita pendek semi-otobiografinya yang berjudul “Cerita Dari Blora,” adalah Pramoedya Ananta Mastoer. Karena nama keluarga Mastoer (nama ayahnya) dirasakan terlalu aristokratik, ia menghilangkan awalan Jawa "Mas" dari nama tersebut dan menggunakan "Toer.”

Mengangkat kembali masalah Pram ke permukaan bukan dikarenakan saya adalah alumnus SMA di Kabupaten Blora, tetapi lebih dikaitkan karena seorang penulis dan peneliti yang menetap di Amsterdam, Joss Wibisono di dalam Majalah Tempo edisi 7,13 Oktober 2013 mengungkap kembali kenapa para Sastrawan Asia Tenggara, khususnya Indonesia, di mana Novel Pram berjudul “Tetrologi Buru,” yang dinominasikan meraih Nobel Kesusastraan bisa gagal.

Dalam hal ini Joss Wibisono mengutip Benedict Anderson, Guru Besar Universitas Cornell di New York, Amerika serikat dalam artikelnya “The Unrewarded” (Yang Tak Teranugerahi) di “New Left Review 80, “edisi Maret-April 2013. “Kelemahan panitia Nobel Kesusastraan di Stockholm, Swedia,” ujar Ben Anderson adalah kunci utamanya.”Terabaikannya Asia Tenggara jelas merupakan kelemahan dan sekaligus titik buta panitia Nobel,” tegasnya.

Diakui Ben Anderson, para Sastrawan Asia memang pernah meraihnya, semasa Rabindranath Tagore dari India. Tetapi India pada tahun 1913 itu masih jajahan Inggris. Belum sepenuhnya mewakili India. Permasalahan penterjemahan juga menjadi kendala utama. Terjemahan Novel Pram, “Tetrologi Buru,” ke dalam bahasa Inggris, roh kesusatraannya hilang begitu saja. Boleh dikatakan terjemahannya jelek. Kesimpulannya bangsa Indonesia yang juga merupakan negara jajahan Belanda, tidak bernasib sama dengan negara-negara jajahan lain. Negara Prancis, Inggris dan Spanyol telah melakukan lobi untuk sastrawan negara bekas jajahan mereka.Tetapi Belanda?

Tetapi perkembangan di Indonesia ada yang mengkaitkan bahwa pemerintah Indonesia tidak bersungguh-sungguh mendukung Novel Pram dikarenakan masa lalu Pram yang diduga terlibat Partai Komunis Indonesia sehingga dibuang ke Pulau Buru. Memang Novel “Tetra Buru”, atau “Tetra Pulau Buru,” atau “Tetralogi Bumi Manusia,” adalah nama dari empat Novel karya Pram yang terbit dari tahun 1980 hingga 1988. Novel ini pernah dilarang peredarannya oleh Jaksa Agung Indonesia selama beberapa masa. Menurut saya, sebaiknya ketika Novel Pram dinominasi, pemerintah mendukung hal tersebut. Saya berkesimpulan, banyak faktor yang mempengaruhi mengapa Novel Pram gagal meraih Nobel Kesusatraan, baik dari jeleknya penterjemahan sebagaimana diungkap Ben Anderson, kemauan negara penjajah Belanda melobi Komite Nobel hingga dukungan pemerintah Indonesia sendiri terhadap Novel Pram.(Foto: Sekapursirihh.Wordpress)

18 Agustus 2013

Soekarno-Hatta di Mata Seorang Tokoh Pers

Setiap tanggal 17 Agustus, nama Soekarno-Hatta kembali menggema di seluruh tanah air. Secara serentak nama itu disebut sebut ketika membacakan teks proklamasi. Bangsa ini tidak akan pernah melupaka...n jasa kedua orang proklamator itu selama negara Indonesia ini berdiri.

Tetapi bagaimana pandangan seorang tokoh Pers, Burhanudin Mohammad Diah (B.M.Diah/alm), pendiri Harian Merdeka, yang ikut hadir ketika Soekarno-Hatta merumuskan Naskah Proklamasi di Rumah Maeda malam 17 Agustus 1945?

"Saat yang saya lukiskan tidak lain dari suatu momentum, ketika Bung Karno, Bung Hatta, dengan disaksikan oleh wakil-wakil Bangsa Indonesia dari semua daerah selesai membuat naskah Proklamasi Kemerdekaan Bangsa Indonesia. Dan dari naskah yang disiapkan atas sepotong kertas tulis dengan tulisan pinsil hitam, lahirlah kembali satu nusa, satu bangsa...

Saya kagum sekali dengan Bung Karno, karena selain muda juga berpengaruh. Pada hakekatnya kemerdekaan Indonesia diperjuangkan oleh kaum mudanya, seperti Soekarno-Hatta, Sjahrir dan lain-lain...

Perjuangan Bung Karno tidak selesai di masa Belanda, tetapi diteruskan di masa Jepang. Beliau terus berjuang sesuai cita-citanya yang menghendaki rakyat merdeka.

Bung Hatta sebagai orang kedua yang mempunyai kharisma menghadapi bangsa Indonesia, memiliki sifat lebih tertutup. Bung Karno bolehlah dianggap sebagai seorang pemukul genderang perang. Bung Hatta berpembawaan yang tenang, mendidik, menjauhi agitasi dan lebih banyak berpikir riil. Ini bukan berarti Bung Karno tidak riil. Bung Hatta lebih berperhitungan, lebih awas, cekatan memakai kata-kata menuding Jepang sebagai penjajah. Rakyat tidak bergolak jika Bung Hatta berpidato. Sebaliknya, mendengar Bung Karno, rakyat tidak saja terpesona, tetapi juga bergetar ramai dan bergantungan pada bibirnya.

Akhirnya sampailah kejayaan Bung Karno sirna. Ia harus meletakkan jabatannya dan terasing sama sekali berhubungan dengan rakyat Indonesia. Ia memberikan kepada mereka kemerdekaan dan di saat-saat kejatuhannya, kemerdekaan dan kebebasan yang diberikannya itu dibalas oleh mereka dengan mengambil kemerdekaannnya sendiri. Ia dikenai tahanan. Ia tidak lenyap di masa penjajahan, tetapi di masa merdeka, ia mengakhiri hidupnya." /Dasman Djamaluddin,"Butir-Butir Padi B.M.Diah," (Jakarta, Pustaka Merdeka,1992), hal.66, 67, 92.

11 Mei 2013

SEBAIKNYA PAPUA JANGAN MERDEKA



Masalah Papua kembali mencuat kepermukaan setelah dibukanya “Kantor Free West Papua” di kota Oxford, Inggris. Bangsa Indonesia terkejut. Pemerintah Indonesia langsung menyampaikan protes keras dan keberatan yang mendalam terhadap perkembangan dimaksud. Atas instruksi Kementerian Luar Negeri, Dubes RI di London telah menyampaikan posisi pemerintah tersebut kepada Pemerintah Inggris”, ujar Menlu RI, R.M. Marty M. Natalegawa, di Jakarta, 4 Mei 2013. Hal yang sama juga dilakukan kepada Kedubes Inggris di Jakarta.

Menurut Kementerian Luar Negeri RI pembukaan kantor tersebut jelas tidak sesuai dan bertolak belakang dengan hubungan bersahabat yang selama ini terjalin di antara kedua negara dan bahkan posisi Pemerintah Inggris sendiri yang selama ini mendukung integritas wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) termasuk di dalamnya Papua dan Papua Barat sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari wilayah NKRI. Selain itu, tindakan tersebut juga bertolak belakang dengan pandangan masyarakat internasional yang secara tegas mendukung NKRI. “Perkembangan dimaksud sebenarnya lebih mencerminkan keputusasaan pihak separatis menghadapi kenyataan dimaksud” tegas Marty.

Sementara itu Pemerintah Inggris, melalui Kedubesnya di Jakarta telah menyampaikan tanggapan terhadap perkembangan dimaksud yang intinya menegaskan kembali sikapnya yang tidak mendukung kemerdekaan Provinsi Papua dan Papua Barat. Selanjutnya Pemerintah Inggris menegaskan pula bahwa Dewan Kota Oxford tidak mempengaruhi kebijakan politik luar negeri Inggris dan memandang bahwa keputusan untuk membuka kantor dimaksud sepenuhnya adalah keputusan Dewan Kota Oxford.

Dalam hal ini Pemerintah Indonesia sekali lagi mendorong agar Pemerintah Inggris senantiasa konsisten dan nyata menunjukkan kebijakannya untuk tidak mendukung tindakan apa pun yang terkait dengan separatisme Papua sesuai dengan hubungan bersahabat Indonesia dan Inggris dan sejalan dengan pandangan masyarakat internasional terkait integritas wilayah NKRI.

Pernyataan Kementerian Luar Negeri RI itu sudah tentu sangat tepat. Jangan ada lagi intervensi asing setelah kita mengalami penjajahan yang begitu lama.Berbagai negara di masa-masa Pemerintahan Soekarno memang ingin memasuki wilayah yang telah kita proklamirkan sejak 17 Agustus 1945, terutama Belanda pada waktu itu yang ingin kembali menjajah Indonesia. Diperkuat dengan Inggris atas nama Sekutu.

Papua yang dulunya bernama Irian Barat memiliki luas 22 persen dari luas daratan Indonesia, tetapi hanya menampung penduduk sebanyak 0.79 persen dari seluruh penduduk Indonesia. Kerenggangan penduduk ini merupakan salah satu kendala dalam pengembangan wilayah.

Saya pernah menulis di Harian Suara Karya, Selasa 13 Juni 2000, berjudul:”Belum Saatnya Berdiri Negara Papua Merdeka.” Intinya memang penduduk asli yang terdiri dari banyak suku di Papua tidak harus merdeka. Sama halnya dengan kepulauan lain di Indonesia seperti Sumatera, Sulawesi, Jawa, NTT dan lain-lainnya yang tergabung dalam NKRI. Jika kita berbicara asal suku sungguh tidak relevan lagi pada saat ini, karena di daerah-daerah lain juga memiliki identitas yang berbeda-beda. Namun tetap satu. Bangsa Indonesia. Yang menjadi masalah sekarang adalah person-personnya. Berintegritaskah dia, memiliki semangat cinta tanah air kah, mempunyai jiwa patriotikkah. Bahkan dikatakan bahwa cinta kepada tanah air merupakan sebagian dari iman.Mempertahankannnya dari intervensi asing merupakan kewajiban dari setiap warga negara.

Papua memang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Indonesia. Salah seorang pengarang asing, Gavriil Kesselbrenner yang di dalam bukunya berjudul:”Irian Barat: Wilayah yang Tak Terpisahkan dari Indonesia,” yang diterbitkan tahun 1961, mengatakan bahwa lama sebelum kedatangan kaum penjajah, antara Indonesia dengan Papua terdapat hubungan-hubungan politik, perdagangan dan kebudayaan.

“Para ahli sejarah dan etnografi Barat, Hille, Finsch, Kriger, Van Erde, Risenfeld dalam karya-karyanya mengutarakan, bahwa Papua (dalam bukunya itu memakai istilah Irian Barat) yang dalam masa lampau sering dikunjungi orang-orang Indonesia, mengalami pengaruh Indonesia yang bermanfaat dalam segala lapangan kebudayaan materiil. Bangunan-bangunan besar dari batu yang masih ada sampai kini di beberapa daerah Papua didirikan oleh orang-orang Indonesia,” ujarnya.

Pada sisi lain dengan adanya masalah ini, Pemerintah Indonesia memang diingatkan agar bersungguh-sungguh mewujudkan kesejahteraan kehidupan rakyat Papua. (Foto: Patung Pembebasan Irian Barat /Sekarang Papu di Lapangan Banteng, Jakarta)

25 Februari 2013

LAUNCHING BUKU "INDONESIA TANPA LIBERALISME MUNGKINKAH?"

LAUNCHING BUKU "INDONESIA TANPA LIBERALISME MUNGKINKAH?" Bertempat di Toko Buku Leksika Kompleks Apartemen Kalibata City, Minggu, 24 Februari 2013 diselenggarakan launching buku berjudul:"Indonesia Tanpa Liberalisme Mungkinkah?". ...

Saya hadir di antara 10 penyumbang tulisan di dalam buku tersebut.Buku setebal 194 halaman yang diterbitkan Komunitas Washaton ini tentu menarik karena Liberalisme itu problematis. Hanya saja, suka atau tidak,ide maupun praktik liberalisme telah menggurita di negeri ini.Kita dipaksa untuk menerimanya saja. Yang demikian tentu bukan sikap yang tepat. Tapi, kita juga dihadapkan pada persoalan pelik, apakah bisa menolak ide-ide liberalisme. Apakah kita juga bisa hidup di negeri ini tanpa liberalisme. Wacana ini, barangkali telah muncul jauh sebelum liberalisme benar-benar menancapkan pengaruhnya secara kuat, namun rasa-rasanya gaungnya belum cukup menggema.

Halaman 137 dan 138 buku ini dalam Bab 8 "Melawan Arus Liberalisme di Indonesia," saya berpendapat: "Secara umum, cita-cita liberalisme itu baik, mencita-citakan suatu masyarakat yang bebas. bebas berpikir bagi setiap individunya. Di sinilah letak perbedaan mendasar dengan paham kebangsaan Indonesia yang berdasarkan nilai gotong royong. Paham liberalisme menolak adanya pembatasan, khususnya dari pemerintah dan agama. Belum lagi dalam praktiknya yang akan kita lihat satu persatu."

My Book General Basoeki Rachmat and Supersemar (11 March Order)

The Late General Basoeki Rachmat and Supersemar

Summary by:Dasman
My Book: “The Late General Basoeki Rachmat and Supersemar (11 March Order) (Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia, 1998) told: On September 30, 1965, a group calling itself the 30 September Movement killed six senior Army generals, seized control of the center of Jakarta and issued a number of decrees over Republic of Indonesia Radio. Soeharto and his allies defeated the movement, but Soekarno was fatally weakened. The Army accused its long standing rival, the Indonesian Communist Party (PKI), of being behind the "coup attempt" and an anti-Communist purge ensued. Over the next few months, Soeharto and the army seized the initiative, and during a cabinet meeting (which Soeharto did not attend), troops without insignia surrounded the presidential palace where the meeting was being held. Soekarno was advised to leave the meeting, and did so, flying to the presidential palace in Bogor, 60 km south of Jakarta, by helicopter. Later that afternoon, three Army generals, Maj. Gen. Basoeki Rachmat, Minister for Veteran Affairs, Brig. Gen. M Jusuf, Minister for Basic Industry and Brig. Gen. Amirmachmud, Commander of the V/Jaya Jakarta Military Area Command, visited Soekarno and came away with the signed Supersemar, which they then presented to Suharto. The next day, Soeharto used the powers thus conferred on him to ban the PKI, and on March 18, fifteen Soekarno loyalist ministers were arrested. Soeharto changed the composition of the Provisional People's Consultative Assembly (MPRS), and in March 1967 it voted to strip Soekarno of his powers and appointed Soeharto acting president. In 1968, the MPRS removed the word 'acting', and Soeharto remained in power until toppled by the Indonesian Revolution of 1998.. 
The Late General Basoeki Rachmat and Supersemar Originally published in Shvoong: http://www.shvoong.com/books/biography/1908499-late-general-basoeki-rachmat-supersemar/

LOVE STORY OF THE FIRST PRESIDENT OF INDONESIA,SOEKARNO (I)

05 Mei 2008

Love Story of The First President of Indonesia, Soekarno (I)

Soekarno, the first President of Republic of Indonesia married Tjokroaminoto daughter, Siti Oetari to please Tjokroaminoto, when he was about tweenty and she about sixteen; Soekarno said it was a "hanging marriage" which was not consummated. After a divorce he married Ganarsih Sanusi Inggit, his landlady in Surabaya, who was a dozen years older than himself. While in exile in Bengkulu he fell in love with Fatmawati, when she was seventeen, he forty, and Inggit more than fifty, he married her by proxy from Batavia in June 1943; she bore him five children. On 7 July 1954, he married Hartini, then twenty-eight, who already had five children by husband whom she divorced; she bore Soekarno two children. In 1963 he secretly married Ratna Sari Dewi, whom he had met in Tokyo; she bore him a daughter. He married Haryati in 1964 and divorce her at her own request. It is questionable wether he married Yurike Sanger, who is often said to be his seventh wife, and then Kartini Manoppo and Herdy Djafar.

LOVE STORY OF THE PRESIDENT OF INDONESIA, SOEKARNO (I)
(KISAH CINTA PRESIDEN PERTAMA RI SOEKARNO (I)

Fell in Love with Dutch Girls
(Cinta Pertama dengan Gadis Belanda)

Oleh Dasman Djamaluddin

Soekarno said: (Quotation from book: Sukarno An Autobiography As told to Cindy Adams. First Printing, 1965, Printed in the United States of America).

I like attractive girls around me because I feel they are like flowers, and I like to gaze at beautiful flowers. I was very much attracted to Dutch girls. I wanted desperately to make love to them. It was the only way I knew to exert some form of superiority over the white race and make them bend to my will. That's always the aim, isn't it ? For a brown-skinned man to over-power the white man ? It's some sort of goal to attain. Over powering a white girl and making her want me became a matter of pride. A handsome boy always has steady girls friends. I had many. They even adored my regular teeth. But I admit I deliberately went after the white ones.

My first crush was Pauline Gobee, the daughter of one of my teachers. She was beautiful and I was crazy about her. Then there was Laura. Oh, how I adored her. And there was the family Raat. Now I had Mien Hessels. She was all mine and I was madly, wildly, insanely in love with this yellow-haired, pink-cheeked tulip. I'd cheerfuly have died for her if she'd asked it. It was 18 and wanted nothing more out of life than to possess her body and soul. I craved her passionately and came to the realization I had to marry her. Nothing else would quench the fire within me. She was the icing on the cake I could never buy. She was creamy-skinned and curly-headed and she represented everything. I'd always wanted to put my arms arround Mien Hessels spelled riches to me.

I finnaly got up the nerve to speak to her father. I dressed in my very best. I wore shoes. Sitting in my dark room. I'd rehearsed the words I was going to say, but when I approached the tidy house I quivered with fright. I had never visited a house like this before. The lawn was green velvet with row upon row of flowers standing straight and tall like soldiers. I had no hat to hold in my hand, so, instead, I held my hearth in my hand.

And there I stood, shaking, in front of the father of my ivory princess, a towering six-footer who stared straight down at me like I was vermin on the ground. "Sir, "I said, if you please, I would like the hand of your daughter in marriage...Please ?

"You ? A dirty native like you ? spat Mr.Hessels. "How dare you even come near my daughter. Out, you filthy animal. Get out."

(Ada kalimat menarik yang patut dikutip ketika melihat sosok Presiden Pertama RI, Soekarno atau populer dengan sebutan Bung Karno sebagai seorang pecinta. Kalimat-kalimat tersebut berasal dari Bambang Widjanarko, yang mendampingi Soekarno selama delapan tahun sebagai ajudan pribadi. Dia pernah menulis: "Daya tarik serta taraf intelektualnya yang tinggi menjadikan Soekarno seorang master dalam menaklukkan hati wanita."

Sebagai laki-laki, Soekarno pandai mencurahkan perhatiannya secara utuh kepada setiap wanita yang dihadapinya sehingga wanita tersebut merasa ia satu-satunya yang paling dicintai. Soekarno tidak segan-segan mengambilkan minuman untuk seorang tamu wanita, membantu memegang tangan wanita itu sewaktu turun dari mobil atau sekedar memuji busana dan tata rambutnya. "Bung Karno tahu, setiap wanita amat senang mendapat pujian," demikian tulis Bambang.

Bung Karno merupakan manusia luar biasa. Tumbuh menjadi pemuda tampan. Banyak gadis-gadis Belanda yang menyukainya. Tetapi sebagaimana diutarakannya dalam buku biografinya:"Soekarno Penyambung Lidah Rakyat Indonesia," dia mengungkapkan dengan sejujurnya mengapa sangat tertarik dengan gadis-gadis Belanda.

"Aku sangat tertarik kepada anak-anak gadis Belanda. Aku ingin sekali mengadakan hubungan percintaan dengan mereka. Hanya inilah satu-satunya jalan yang kuketahui untuk memperoleh keunggulan terhadap bangsa kulit putih dan membikin mereka tunduk pada kemauanku. bukankah ini selalu menjadi idaman ? Apakah seorang jantan berkulit sawo matang dapat menaklukkan seorang gadis kulit putih ? Ini adalah suatu tujuan yang hendak diperjuangkan. menguasai seorang gadis kulit putih dan membikinnya supaya menginginiku adalah suatu kebanggaan. seorang pemuda tampan senantiasa mempunyai gadis-gadis yang tetap. Aku punya banyak. Mereka bahkan memuja gigiku yang tidak rata. Dan aku mengakui bahwa aku sengaja mengejar gadis-gadis kulit putih."

Pada bahagian lain, Bung Karno menuturkan bahwa cinta pertamanya tertuju pada seorang gadis Belanda. "Cintaku yang pertama adalah Pauline Gobee, anak salah seorang guruku. Dia memang cantik dan aku tergila-gila kepadanya..."Kemudian muncul sederetan nama, semuanya gadis keturunan Belanda, yakni Laura, Raat, Mien Hessels.

Ketika jatuh pada nama terakhir ini, yaitu Mien Hessels, Bung Karno berkeinginan untuk mengawininya. "Umurku baru 18 tahun dan tidak ada yang lebih kuinginkan dari kehidupanku ini selain dari pada memiliki jiwa dan raga Mien Hessels."

Hasrat hati Bung Karno untuk memiliki Mien Hessels menggebu-gebu. Akhirnya dia memberanikan diri untuk berbicara kepada bapaknya."Aku mengenakan pakaian yang terbaik, dan memakai sepatu. Sambil duduk di kamarku yang gelap aku melatih kata-kata yang akan kuucapkan dihadapannya,"tutur Bung Karno.

Bung Karno juga mengakui bahwa baru pertama kali bertemu ke rumah gadis keturunan Belanda tersebut. Dalam Pengakuannya dia mengatakan. "Aku tak pernah sebelumnya bertamu ke rumah seperti ini. Pekarangannya menghijau seperti beludru.Kembang-kembang berdiri tegak, baris demi baris, lurus dan tinggi bagai prajurit. Aku tidak punya topi untuk dipegang, karena itu sebagai gantinya aku memegang hatiku," ujar Bung Karno menggambarkan suasana ketika itu.

Bung Karno berdiri gemetar di hadapan Bapak Mien Hessels yang digambarkannya sebagai seorang yang tinggi seperti menara yang memandang langsung kepada dirinya."Seperti aku ini dipandang sebagai kutu di atas tanah," jelas Bung Karno.

Bung Karno memberanikan diri untuk berbicara."Tuan,"katanya."Kalau tuan tidak berkeberatan saya minta anak tuan..."

Tetapi jawaban yang diterima Bung Karno bukanlah jawaban yang enak, ramah dan sopan santun. Sebaliknya Bung Karno memperoleh perlakuan buruk. Dia dihina."Kamu ? Inlander kotor, seperti kamu?," sembur Tuan Hessels. "Kenapa kamu berani-berani mendekati anakku ? Keluar, kamu binatang kotor. Keluar !."

Tentang pernyataan Bung Karno ini, ada sebahagian orang mengatakan, mungkin saja semua pernyataan tersebut benar, tetapi ada juga yang berpendapat, semua itu adalah daya khayal Bung Karno, karena rasa "nasionalisme" beliau sangat tinggi.

Terlepas dari persoalan jatuh cinta dengan gadis Belanda tersebut, yang pasti dan kemudian terukir dalam sejarah adalah pernikahan yang dijalaninya pada usia belum genap 20 tahun. Tahun 1921 di Surabaya, Bung Karno menikah dengan Siti Oetari, gadis usia 16 tahun, putri sulung tokoh Serikat Islam Haji Oemar Said Tjokroaminoto (Selanjutnya "Siti Oetari, Isteri yang Tak Pernah Disentuh.")

TEMU SASTRAWAN NUSANTARA MELAYU RAYA

TEMU SASTRAWAN NUSANTARA MELAYU RAYA
TEMU SASTRAWAN DI MAJALAH "RENVOI" EDISI NO.11.170.APRIL 2012

HITLER, SOEHARTO DAN SUPERSEMAR

Menyaksikan film Adolf Hitler sangat menarik. Terlihat jelas bagaimana trik trik yang dilakukan untuk merebut kekuasaan. Terlihat di sini bagaimana seorang sahabat dekat bisa menjadi lawan. Bagaimana fitnah-fitnah tentang penghianatan sengaja dibesar-besarkan, sehingga tidak ada lagi lawan politik. Hal ini kita lihat dalam rekaman sejarah dunia di mana pun. Yang penting kekuasaan itu harus direbut dan tidak pernah diberikan.Memang benar bahwa di dalam politik praktis berlaku juga adagium tidak ada kawan atau lawan, tetapi yang penting tujuan.

Masalah keadilan, kesejahteraan dan kebenaran itu hanya dimiliki tokoh-tokoh agama, tokoh-tokoh intelektual yang tidak berkhianat terhadap keprofesiannya. Bagi tokoh-tokoh politik hal itu jarang berlaku. Dogma-dogma yang disuarakan memang benar, sebagaimana di teriakan Hitler berkali-kali seperti perdamaian dsbnya. Tetapi apa yang dilakukan Hitler? Tidaklah sebagaimana yang dijanjikan atau diteriakkannya berkali-kali. Tidak hanya itu di Irak misalnya, apa yang membenarkan negara-negara besar seperti Amerika Serikat mengintervensi negara Dunia Ketiga yang kekuatannya tidak sebanding. Berapa ratus, atau juta rakyat yang menjadi korban. Bukanlah masalah yang terjadi sengaja dikacaukan sendiri oleh pihak luar, bukannya dari dalam. Lihatlah nasib Suriah dalam waktu dekat ini, pun nampaknya akan mengalami seperti Irak. Hitler juga melakukan demikian. Dalam negeri Jerman diacak-acak sendiri oleh Hitler agar kewibawaan pemerintahan yang sedang berjalan tidak lagi dihormati di mata rakyatnya. Pembakaran, pembunuhan memang diciptakan dan yang menyelesaikannya pasukan Hitler sendiri. Rakyat berteriak, Hitler penyelamat, Akhirnya Hitler tampil sebagai Kaisar dan kemudian?

Contoh-contoh seperti ini pula saya lihat di Indonesia, meski tidak sama dengan Hitler di Jerman. Di dalam politik praktis itu merupakan hal wajar. Oleh karena itu banyak yang berbicara, mantan Presiden Soeharto melakukan kudeta, itu pun biasa.Hampir semua penguasa tidak ingin ingin ditandingi dalam berbagai hal. Ketika saya bertemu dengan mantan Laksamana Soedomo saya memahami betul perjalanan politik Indonesia di masa Presiden Soeharto.Jadi kesimpulan saya tentang hal-hal kekuasaan Soeharto, termasuk raibnya Surat Asli Surat Perintah 11 Maret (Supersemar), ya hal itu menjadi biasa. Hanya kekeliruan kita, ketika hal itu terjadi ideologi kita Pancasila masih mencari-cari bentuk. Jadi Pancasila disesuaikan dengan keinginan penguasa.Tetapi sebagai seorang ilmuwan dan para tokoh agama apa pun, Islam, Kristen, dan Budha, kita jangan berhenti berjuang menyuarakan kebenaran, keadilan dan kesejahteraan untuk rakyat.Minimal kita berdoa, agar bagaimana Sang Pencipta tidak marah.

GAGALNYA METODE SELEKSI ALA TES SARLITO WIRAWAN SARWONO

HANYA SEBUAH CATATAN


KASUS ANDI NURPATI merupakan salah satu contoh kegagalan Komisi Pemilihan Umum (KPU) dalam hal menyeleksi anggota-anggotanya. Berarti sudah dua kali KPU gagal dalam menerapkan proses penyeleksian. Sebelumnya bahkan lebih parah lagi karena di antara para anggota KPU sempat di bui.


Istilah Metode Seleksi Ala Tes Sarlito Wirawan saya ambil dari Harian Kompas, Rabu 8 Agustus 2007 Halaman 2, berjudul: "Metode Tes Kesetiaan Disoalkan." Jadi istilah ini bukan dari saya. Pada waktu itu wartawan Kompas mewawancarai Sosiolog Universitas Indonesia, Imam Prasodjo dan saya sendiri, peserta tes yang gagal, termasuk di antaranya Sejarawan Dr.Anhar Gonggong yang ketika tes persis berada di hadapan saya dan Prof Dr Ramlan Surbakti serta Progo Nurdjaman (mantan Sekjen Depdagri).


Saya sebetulnya tidak ingin mengungkit-ungkit luka lama, tetapi saya ingat persis pernyataan Sarlito Wirawan Sarwono di hadapan para peserta tes, bahwa dia mampu menghasilkan sumber daya manusia berbeda dari yang sebelumnya, yaitu sumber daya manusia terbaik dalam alam pikiran Sarlito Wirawan Sarwono. Tetapi apa yang terjadi ? Setelah selesai menyelenggarakan tes, kritikan-kritikan pun bermunculan. Bahkan ada yang bertanya apakah Ilmu Psikologi masih mampu menjaring manusia-manusia terbaik? Masalahnya semakin nyaring terdengar dengan adanya kasus Andi Nurpati ini. Pertanyaan selanjutnya, metode tes seperti apa lagi yang bisa dilakukan para ahli, termasuk ahli psikologi ?


Pada waktu ini saya sempat menggugat hasil penyeleksian anggota KPU ke Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN). Di samping banyak pula yang mengatakan bahwa Ilmu Psikologi hanya salah satu penentu, bukan penentu. Saya setuju, tetapi yang menjadi permasalahannya telah terjadi salah tafsir mengenai rumusan "tes tertulis" yang termaktub dalam undang-undang. Menurut saya tes tertulis itu tidak hanya mencakup bidang psikologi saja, tetapi bidang-bidang ilmu lainnya. Dikarenakan yang mengetuai adalah dari bidang psikologi, Sarlito Wirawan Sarwono sehingga tesnya pada waktu itu 100 persen dikaitkan dengan bidang psikologi. Bahkan ada pula tes kesetiaan kepada NKRI dan Pancasila. Logikanya kalau saya tidak lulus tes samalah artinya saya anti NKRI dan anti Pancasila.


Itulah sebabnya ketika saya diwawancarai oleh wartawan Kompas yang dimuat dalam Harian Kompas, Rabu 8 Agustus 2007 halaman 2 saya bersikukuh itu bukan tes tertulis sebagaimana dminta undang-undang, tetapi tes psikologi. Selengkapnya saya kutip hasil wawancara saya di Harian Kompas tersebut:


"Sementara itu, Dasman Djamaluddin, Direktur Eksekutif Lembaga Pengkajian Pilkada Indonesia yang tak lulus seleksi tertulis KPU juga membantah pernyataan Sarlito bahwa tes kepada para peserta merupakan tes tertulis (Kompas,7/8).


"Tes yang diberikan benar-benar tes psikologi. Sebagian tes sama dengan yang diberikan kepada saya sewaktu harus memperoleh surat keterangan sehat jasmani dan rihani di rumah sakit. Jadi tidak betul kalau itu dinyatakan tes tertulis," katanya.


"Ia menilai anggota tim seleksi telah menunjukkan arogansi intelektual karena hanya mengukur dari bidang ilmunya sendiri, tanpa mempertimbangkan bidang ilmu lain, seperti pemahaman peserta tentang persoalan pemilu"

SEMANGAT,JIWAI PELANTIKAN ICMI ORDA KOTA DEPOK

Oleh Dasman Djamaluddin

Gedung Majelis Ulama Indonesia (MUI) yang terletak di Jalan Nusantara Raya 5-7 Depok, Minggu, 24 Juli 2011 malam, menjadi saksi sejarah kesinambungan dan kebangkitan Ikatan Cendikiawan Muslim se-Indonesia (ICMI) Organisasi Daerah (Orda) Kota Depok.

Mengapa tidak? Sebelumnya gedung itu pun dipakai sebagai ajang pemilihan Ketua baru ICMI Orda Kota Depok dalam acara Musyawarah Daerah Pertama tanggal 22 Mei 2011. Bahkan gedung itu pula akan, di salah satu ruangannya, akan menjadi sekretariat tetap ICMI Orda Kota Depok.

Suasana Minggu malam itu memang tidak bersahabat. Hujan yang begitu deras mengguyur Kotamadya Depok. Tetapi, wajah-wajah pengurus yang akan dilantik yang berbaur dengan para pejabat Kota Depok, termasuk yang mewakili Walikota Depok, tetap ceria dan sumringah. Mereka seakan-akan tidak peduli dengan cuaca buruk di luar gedung. Semangat ini pula rupanya mendorong lancarnya acara Pengesahan Susunan Majelis Pengurus Daerah ICMI Orda Depok Periode 2011-2016.

Berlangsungnya pelantikan ini bersamaan dengan akan tibanya Bulan Suci Ramadhan buat pemeluk Agama Islam dan HUT Kemerdekaan Bangsa Indonesia 17 Agustus 2011. Boleh dikatakan pelantikan ini memberi makna khusus bagi pengurus, agar jiwa pengabdian ikhlas diperuntukkan betul untuk agama dan bangsa, khususnya untuk Orda Depok, ya di Kota Depok.

Berbicara tentang ICMI, ya, sudah tentu berbicara mengenai seorang figur Prof Dr BJ Habibie. Beliaulah yang pada waktu itu dipercaya Presiden Soeharto mengomandani organisasi tersebut yang kelahirannya ditandai dengan penyelenggaraan Simposium I ICMI di Malang,Jawa Timur, Desember 1990. Sejak itu ICMI berkembang pesat dengan memiliki surat kabar sendiri dan think-tank sendiri (CIDES), serta mengembangkan kepentingan-kepentingan ummat Islam dalam bentuk Bank Islam.

Dinamika ICMI sekarang disesuaikan dengan perkembangan zaman. Menarik untuk disimak adalah bahwa ICMI dipertahankan sebagai organisasi kemasyarakatan non politik. dan terus menjaga trilogi: kecendikiawanan, ke Islaman, dan ke Indonesiaan. ICMI tidak ingin terlibat dalam kondisi perpolitikan yang hanya menghabiskan enerji. Patutlah dimengerti bahwa dalam kondisi perpolitikan apa pun, ICMI bertekad, rakyat harus diberdayakan, karena konsumsi perpolitikan, sejatinya hanya menjadi ranah kalangan elite saja.

ICMI Orda Depok

Adalah Ir.Djoko Prabowo, pria kelahiran 22Januari 1965 diamanahkan ICMI Orda Kota Depok untuk memimpin organisasi ini periode 2011 - 2016 dalam Musda I, 22 Mei 2011.Keinginan Djoko memang sangat sederhana, yaitu bagaimana ke depan ICMI Orda Kota Depok memiliki tanggung jawab sosial, dan atau kepeduliaan sosial dalam pengertian yang lebih luas. Keberadaan itu, tegas Djoko, minimal harus mampu melakukan analisa dan evaluasi secara kritis persoalan-persoalan yang terjadi di masyarakat Depok. Lebih penting, ungkap Djoko, ICMI Orda Kota Depok harus mampu pula menunjukkan arah atau jalan bagi perkembangan masyarakat dengan konsisten,menggali ilmu pengetahuan dan teknologi untuk kepentingan ummat. Dalam arti bukan untuk diri sendiri, kroni atau golongan, melainkan untuk masyarakat yang lebih luas.

Sejalan dengan keinginan ini, Djoko mengusung tema ketika berlangsung Musda I ICMI baru-baru ini: MEMBERDAYAKAN POTENSI KECENDIKIAWANAN ICMI. MARI KITA MENGHANTARKAN RAKYAT KOTA DEPOK LEBIH MAJU MENCAPAI PERADABAN MADANI. Tema ini kemudian dipertegas lagi oleh Djoko dalam sambutan sebagai Ketua Majelis Pengurus Daerah ICMI Orda Kota Depok Periode 2011-2016, 24 Juli 2011, hari Minggu malam.Realitasnya dalam program akan didasarkan pada prinsip 5 K: Pertama, Kualitas Iman dan Taqwa.Kedua,Kualitas Pikir. Ketiga,Kualitas Karya.Keempat,Kualitas Kerja.Kelima, Kualitas Hidup. Kualitas kehidupan ini dapat menjamin ketenteraman dan keadilan sehingga hak dan kewajiban dapat berjalan secara seimbang.

Dengan demikian:

1. ICMI Orda Kota Depok akan mengakomodasi semua golongan Cendikiawan tanpa melihat perbedaan jender, tingkat pendidikan, pembudayaan, profesi, usia dan kelompok, sebagai bagian dari komponen pembangunan bangsa yang akan dikenal oleh masyarakat Kota Depok secara luas.

2. ICMI Orda Kota Depok akan berupaya memobilisasi para Cendikiawan yang ada di Kota Depok, baik dari kalangan intelektual kampus, para profesional, para Enterpreneur, tokoh masyarakat, kalangan generasi muda maupun masyarakat luas yang memiliki potensi untuk memberikan sumbangsih kecendiakaannya.

3. ICMI Orda Kota Depok akan senantiasa memelihara Silaturrahmi kepada masyarakat, para Tokoh atau Sesepuh, pemerintah dan kelompok atau Organisasi lain yang ada di Kota Depok dalam rangka menciptakan Persatuan dan Keselarasan dalam menjalankan tugasnya, memberikan sumbangan pemikiran yang positif, produktif realistis serta dapat memenuhi harapan masyarakat Kota Depok.

4. ICMI Orda Kota Depok akan senantiasa melakukan tindakan nyata sebagai karya yang dapat menjadi tauladan dan sarana penggerak pembangunan masyarakat Depok secara keseluruhan. Dengan senantiasa mengkomunikasikan upaya-upaya pemikiran, karya nyata dan segala aktifitas organisasi kepada semua pihak agar terjadi keselarasan dalan saling pengertian dalam kebersamaan membangun masyarakat Depok.

5. ICMI Orda Kota Depok akan senahntiasa aktif berpartisipasi serta berkoordinasi dengan Badan Organisasi ICMI yang lebih tinggi (ORWIL dan ORPUS) guna menghasilkan keselarasan program dan cita-cita ICMI secara keseluruhan.

(Penulis adalah Ketua Divisi Hukum dan HAM ICMI Orda Kota Depok Periode 2011-2016).

WAKIL PRESIDEN BOEDIONO DI ACARA SETAHUN WAFATNYA IBU HASRI AINUN HABIBIE

Tanggal 25 Mei 2011 malam merupakan kesempatan bagi keluarga besar Ikatan Cendikiawan Muslim se-Indonesia (ICMI) dan organisasi Islam lainnya memanjatkan do'a kepada Almarhumah Dr.Hj.Hasri Ainun Habibie. Sebelumnya acara yang sama pun telah dilakukan yang dihadiri Bapak Presiden RI Soesilo Bambang Yudhoyono.Saya mewakili Orda Depok ikut bergabung dengan para undangan lainnya dan pergi bersama Sekretaris Dewan Penasehat Majelis Pimpinan Pusat ICMI Ahmad Zacky Siradj yang juga adalah mantan Ketua Umum PB.HMI ke rumah Bapak BJ.Habibie di Patra Kuningan.

Acara didahului sholat maghrib dan dilanjutkan do'a bersama untuk Ibu Hasri Ainun Habibie.Sehabis Isya muncullah Bapak B.J.Habibie dengan didampingi Bapak Wakil Presiden RI Prof.Dr.Boediono.M.Ec. Bagi saya ini pertamakalinya melihat langsung penampilan Bapak Habibie setelah Ibu Hasri Ainun wafat pada hari Sabtu, tanggal 22 Mei 2010, pukul 17.30 waktu Jerman, di Rumah Sakit Muenchen, Jerman karena sakit.

"Tegar dan tetap memiliki otak yang cerdas," sebagaimana sebelumnya.Beliau mengungkapkan liku-liku perjalanan jenazah yang pada waktu wafatnya Ibu Ainun bertepatan dengan hari libur di Jerman. Hari Sabtu, tanggal 22 Mei, Minggu, 23 Mei, Senin, 24 Mei hingga Selasa, 25Mei 2010.

"Saya minta bantuan sebuah organisasi Islam Internasional, di mana saya ICMI ikut membidaninya. Pada waktu itu ada 6 organisasi Islam dunia ikut menanda tangani berdirinya Organisasi Islam Internasional itu. Di tandatangani di depan Ka'bah, Arab Saudi sebuah hal yang tidak terpikirkan sebelumnya," ujar Habibie penuh semangat seraya menyatakan mengapa harus ditandatangi di depan Ka'bah. Maksudnya agar saksinya hanya Allah. Habibie boleh tidak ada, siapa pun boleh tidak ada, tetapi Allah akan menjadi saksi pendirian organisasi itu.

"Pada waktu itu ketuanya saya kontak dan beliaulah yang mengumpulkan anggota Muslim di Eropa karena memang Muslim di tempat saya tinggal pun minoritas."

Habibie juga menjelaskan bahwa jenazah di luar negeri dianggap juga sebagai barang oleh karena itu memakai paspor jenazah. "Maksudnya agar jangan ada hal-hal tidak diinginkan misalnya berlabel jenazah tetapi diselundupkan barang-barang yang dilarang," ujar Habibie.

Pada waktu itu Pak Soesilo Bambamg Yudhoyono dan Pak Boediono ikut membantu pemulangan jenazah, mulai prosesi pemulangan jenazah hingga pemakaman di Taman Pahlawan Kalibata, Jakarta. Diceritakan pula oleh Pak Habibie, beliau akan tetap berada di dekat isterinya, meski tidak harus di Taman Makam Pahlawan. Untuk itulah Pemerintah sudah menyiapkan satu makam kosong di samping makam Ibu Ainun.

Pada saat Wakil Presiden Boediono mengucapkan sambutan, beliau merasa sangat berterimakasih dan kaget, yaitu ketika Pak Habibie menjadi Presiden, ia ditunjuk sebagai menteri pada tahun 1998. "Ini merupakan jabatan saya pertama kali sebagai menteri, entah apa kreterianya sehingga saya terpilih sebagai menteri," ujar Pak Boediono. Pada waktu ini Pak Boediono diangkat dalam Kabinet Reformasi Pembangunan sebagai Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional .

Yang menarik untuk disimak lagi adalah bahwa para anggota ICMI bisa melihat dua tokoh ICMI antara ayah dan anak duduk sejajar, di mana kedua-duanya punya pengaruh besar terhadap perjalanan ICMI. Pak Habibie sendiri di masa Presiden Soeharto dan Ilham Akbar Habibie yang baru-baru ini terpilih sebagai Ketua Presidium ICMI. Tujuan ICMI ke depan pun berbeda dengan di masa Presiden Soeharto, sekarang menurut Ilham Akbar Habibie,kader ICMI harus menciptakan program yang dirasakan masyarakat lapisan bawah (akar rumput).